Suatu proses kerjasama yang dilakukan oleh sekelompok orang untuk mencapai tujuan bersama yakni untuk menghasilkan laba. Organisasi ini menyediakan atau menghasilkan barang maupun jasa guna untuk memperoleh hasil ataupun laba sesuai dengan keinginan pemilik organisasi tersebut.
Organisasi profit merupakan satu kesatuan usaha (single entity) yang utuh pada organisasi-organisasi yang berorientasi laba.
Pada organisasi yang berorientasi laba, jangka waktu kegiatan operasional suatu perusahaan akan dapat diketahui melalui anggaran dasar yang telah dibuatnya. Selain itu, organisasi ini dapat sewaktu-waktu dapat dibubarkan (dilikuidasi) apabila ternyata tidak dapat lagi memperoleh keuntungan dan terus-menerus menderita kerugian sehingga modalnya menjadi sangat berkurang.
Contoh organisasi profit (UKM)
Industri rumah tangga bakso ayam ini didirikan oleh Ibu Tarmi dan keluarga tiga tahun yang lalu, tepatnya tahun 2006. Lokasi usaha (rumah Ibu Tarmi) bertempat di desa Gagan Rt 01/Rw 06, Kecamatan Ngemplak, Kabupaten Boyolali, sekaligus merupakan lokasi yang sangat strategis karena dekat dengan jalan raya yang merupakan jalan utama dari arah embarkasi haji dan Bandara Adi Sumarmo menuju Kota Solo. Selain itu, letaknya yang sangat strategis juga dapat ditinjau dari berhimpitnya lokasi usaha tersebut dengan pasar Gagan, yang merupakan sentra jual beli di wilayah desa Donohudan-Gagan-Klodran-Padokan-Kismoyoso, dan beberapa desa di sekitarnya.
Pada mulanya, pemilik mendapatkan ide kreatif bakso ayam dari hasil coba-coba. Awalnya, Ibu Tarmi adalah seorang penjual mie ayam dan mencoba inovasi baru yaitu membuat bakso dengan bahan dasar ayam. Setelah merasa hasil uji cobanya berhasil, dia berusaha mengembangkan usaha dengan membuat bakso ayam dalam jumlah besar dan hasilnya, bakso ayam tersebut sangat diminati konsumen.
Anemo masyarakat cukup besar dengan hadirnya bakso ayam ini. Selain karena rasanya yang tidak kalah enak dengan bakso sapi, harganya pun bisa ditekan. Jika satu biji bakso sapi dijual dengan harga sekitar Rp 1.000,00, maka dengan harga Rp 1.250,00 saja, kita sudah bisa mendapatkan satu bungkus bakso ayam yang isinya 10 biji per bungkus. Hal tersebut disebabkan oleh mahalnya harga daging sapi jika dibandingkan dengan daging ayam.
B. SISTEM PEMASARAN
Sistem pemasaran yang dilakukan masih bersifat ketok tular (penyampaian informasi dari mulut ke mulut). Meskipun cara ini cukup efektif, tetapi sangat diperlukan cara yang lebih modern agar semakin menunjang prospek usaha ke depan, misalnya dengan iklan dan promosi penjualan.
1. Iklan adalah segala bentuk penyajian non-personal dan promosi ide, barang atau jasa oleh suatu sponsor tertentu yang memerlukan pembayaran. Tujuan periklanan dapat dibagi 3, yaitu:informatif, persuasif, dan pengingat. Oleh karenanya, iklan menawarkan alasan untuk membeli.
2. Promosi penjualan terdiri dari kumpulan kiat insentif yang beragam, kebanyakan berjangka pendek, dirancang untuk mendorong pembelian suatu produk/ jasa tertentu secara lebih cepat dan/atau lebih besar oleh konsumen atau pedagang.
Umumnya, konsumsi bakso ayam ini adalah untuk keperluan sehari-hari para ibu rumah tangga (masak, dan sebagainya). Pada tahun-tahun ini, usaha bakso ayam yang dipelopori oleh ibu Tarmi ini banyak ditiru oleh beberapa pedagang lain di daerah setempat sehingga sulit untuk memasarkan produk di daerah setempat, maka dia lebih memilih untuk memasarkan mayoritas produksinya ke daerah lain.
C. KETENAGAKERJAAN
Tenaga kerja yang digunakan tidak mengambil dari orang luar, namun berasal dari keluarga besar Ibu Trami sendiri, yaitu anak-anaknya dan menantu. Meskipun demikian, dia tetap menerapkan sistem gaji, yaitu Rp 30.000,00 per hari agar semua tenaga kerja semangat dalam bekerja. Total tenaga kerja ada 7 orang. Sementara Ibu Trami sendiri biasanya juga ikut andil dalam proses produksi. Proses produksi tersebut dilakukan mulai dari jam 06.00WIB-16.00WIB. Secara umum, belum ada spesialisasi tenaga kerja/pembagian kerja yang jelas dan tegas antara proses kerja yang satu dengan yang lain, karena semua pekerja menguasai keseluruhan proses dan semua tahapan dilakukan secara bersama-sama dan gotong royong.
D. PEMBUKUAN DAN AKUNTANSI USAHA KECIL
Usaha kecil bakso ayam ini belum memiliki pembukuan yang jelas dan terperinci mengenai pemasukan dan pengeluaran per hari sehingga sulit untuk memperkirakan omzet yang diperoleh selama sehari ataupun sebulan. Kegiatan pengeluaran dan pemasukan dilakukan begitu saja tanpa ada bukti berupa nota atau faktur serta pencatatan secara menyeluruh.
E. USAHA SAMPINGAN
Selain memproduksi bakso ayam dalam jumlah besar, usaha kecil ini juga menyediakan jasa penggilingan daging sekaligus dengan tepung dan bumbunya dan jasa pembuatan adonan bakso, atau sampai tahap pembualatan dan perebusan jika konsumen menginginkan. Jasa pembuatan adonan adalah dengan harga Rp 10.000,00 per kg sedangkan perebusan dengan harga Rp 2.000,00 per kg. Biasanya, jasa penggilingan ini ramai dikunjungi pada saat momen Idul Fitri dan Idul Adha.
F. PERMASALAHAN YANG DIHADAPI UKM DALAM MENGEMBANGKAN USAHA
1. Kendala yang umum dihadapi oleh usaha kecil adalah masalah modal. Para pengusaha industri kecil umumnya enggan meminjam uang di bank karena prosedurnya yang sangat rumit.
2. Usaha bakso ayam ini sebenarnya masih membutuhkan mesin pencototan (proses pembulatan adonan menjadi bakso) yang selama ini masih dilakukan secara manual dengan tangan.
3. Kesulitan keuangan yang terjadi ketika mesin giling rusak dan harus di service karena biaya service yang mahal (Rp 4.000.000,00). Masa service biasanya satu tahun.
4. Harga ayam yang naik, terutama pada momen menjelang Idul Fitri, dari yang rata-rata awalnya berkisar antara Rp 18.000,00/kg, menjadi Rp 27.000,00/kg. Ini menjadi masalah karena produsen belum berani menaikkan harga jual. Biasanya hal tersebut disiasati dengan membentk bulatan baso menjadi agak lebih kecil.
Source :
pujihartutiblog.blogspot.com
dephumsflow.blogspot.com
0 komentar:
Posting Komentar