Sebuah tindakan strategis mutlak diperlukan oleh
sebuah perusahaan untuk memenangkan pasar. Salah satu strategi yang terkenal
saat ini adalah kolaborasi.
Kolaborasi diharapkan mampu meningkatkan kinerja
perusahaan dengan bersinergis dengan perusahaan lainnya. Kolaborasi merupakan
strategi kerjasama antar perusahaan agar terjadi sinergitas atau keterkaitan
manajemen sehingga saling menguntungkan.
Hal ini menjadi pembahasan menarik dalam seminar
nasional Teknik Industri & Manajemen Produksi kemarin (6/08) di Novotel
Surabaya. Dalam acara dua hari ini yang diikuti oleh puluhan kalangan praktisi
usaha maupun kalangan akademisi, diharapkan mampu merancang strategi kolaborasi
yang tepat guna meningkatkan persaingan usaha.
Dalam jangka pendek, di mana era perdagangan bebas
sudah berlaku, membuat persaingan memenangkan pasar internasional terlebih
nasional makin sulit ditebak. Kondisi nasional yang cenderung tidak stabil dan
sarat KKN menyebabkan kondisi pasar sulit diduga.
Permasalahan tersebut jelas menyulitkan dunia usaha.
Kolaborasi sebagai bentuk kerjasama saling menguntungkan antar kedua belah
pihak menjadikan konsumen lebih dimanja dan terpuaskan akan berbagai produk di
pasaran. "Kita nggak bisa nunggu sampai negara ini baik baru buka usaha,
kita harus bertahan dan berjuang, " tegas Heru Prasetyo, Country Managing
Director PT Accenture. Selain itu dia menambahkan, etika dalam berbisnis
haruslah tetap dijunjung dalam setiap berkolaborasi. "Jangan pernah mau
berkolaborasi dengan orang culas, itu akan mencemarkan nama anda, "
katanya mengingatkan.
Beberapa tahun terakhir, dalam melakukan kolaborasi
merupakan suatu trend untuk memenangkan atau pun mempertahankan pasar. Contoh
kolaborasi yang paling terkenal adalah antara Microsoft dan Intel. Kolaborasi
mereka telah menutup peluang pendatang baru untuk bersaing dengan mereka. Data
terakhir menunjukkan Microsoft berhasil menguasai nyaris 85 persen pasar sistem
operasi komputer. Sedangkan Intel menguasai 70 persen pasar prosessor.
"Itu jelas kolaborasi paling nyata di dunia usaha," cetus Sandi,
salah satu peserta.
Di Indonesia sendiri, kolaborasi sudah dikenal dalam
satu dekade terakhir dengan nama pola kemitraan. Pemerintah mengeluarkan
peraturan adanya kewajiban perusahaan besar dengan usaha kecil dan menengah.
Meskipun begitu, karena tidak memiliki konsep dan pengendalian yang terarah
sehingga tidak berhasil.
Praktek di lapangan seakan menjadikan usaha besar
menopang usaha kecil. Bukannya memberi 'alat pancing' namun yang diberikan
adalah ikan. Alhasil, usaha kecil tidak menimba ilmu guna meningkatkan
produktivitas mereka. "Hal ini jelas tidak menguntungkan pasar maupun
industri yang saling bermitra tadi, " jelas Imam Baihaqi, S.T, M.Sc.
Menurutnya, tidak semua kolaborasi saling
menguntungkan, terkadang justru membuat ketergantungan sepihak. "Di
Indonesia pola kemitraan sudah terlanjur jelek hasilnya, padahal kalau saja
terarah dan terkontrol pasti maju, " jelas Dosen Teknik Industri ITS ini.
Saat ditanya mengenai arah kolaborasi yang cenderung
melahirkan monopoli. Imam Baihaqi, yang juga menjadi salah pembicara,
menjelaskan bahwa memang ada kecenderungan ke sana. Walaupun begitu, konsumen
tetaplah diuntungkan bukan dirugikan sebagaimana monopoli biasa. "Mereka
hanya berusaha menekan munculnya pendatang baru, " jelasnya
singkat.(ryo/rom)
0 komentar:
Posting Komentar